Mengawali Era Digital: Workshop ASILHA 2025 di Universitas Ahmad Dahlan Angkat Isu Transformasi Kajian Hadis
FAI NEWS, Selasa, 12 Agustus 2025, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi tempat penyelenggaraan Workshop dan Rapat Kerja Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA) dengan tema “From Manuscript to Artificial Intelligence: Preserving the Hadith Legacy in the Digital Transformation”. Acara ini dibuka oleh Wakil Rektor I Bidang Al Islam dan Kemuhammadiyahan UAD, Dr. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag., yang menyampaikan bahwa terpilihnya UAD sebagai tuan rumah merupakan sebuah penghargaan besar sekaligus semangat untuk menyelenggarakan pertemuan ini dengan baik. Beliau juga berharap agar pertemuan ini dapat menjadi berkah bagi peserta dan panitia yang mengikuti serta menjadi momentum untuk menemukan solusi atas keresahan terkait penurunan animo dan kualitas mahasiswa Ilmu Hadis. Selain itu, Dr. Nur Kholis menaruh harapan besar agar ASILHA terus tumbuh dan berkembang lebih baik di masa depan.

Dr. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag., memberikan sambutan dalam acara ASILHA
Ketua ASILHA periode 2025-2029, Prof. Dr. Saifuddin Zuhri Qudsy, S.Th.I., M.A., memberikan sambutan yang menyoroti beberapa tantangan dan agenda strategis yang perlu menjadi perhatian seluruh anggota asosiasi. Beliau menekankan pentingnya menumbuhkan minat mahasiswa Ilmu Hadis yang saat ini mengalami penurunan, dan perlunya terobosan kreatif untuk menarik calon mahasiswa. Selain itu, beliau menegaskan kebutuhan mendesak untuk memperkuat ekosistem akademik program studi Ilmu Hadis agar dapat menjadi pusat keunggulan yang lebih baik, dengan peran aktif ASILHA dalam mendampingi dan berkontribusi pada perkembangan setiap program studi. Untuk kegiatan pengabdian masyarakat, Ketua ASILHA mengingatkan agar dirancang lebih efektif dan menyentuh kebutuhan nyata masyarakat sehingga memberikan dampak signifikan. Dalam hal kajian hadis, beliau menegaskan bahwa studi ini tidak boleh digunakan untuk menarik peradaban kembali ke masa lalu, melainkan harus dipahami dan diaktualisasikan sebagai sumber inspirasi dan solusi untuk menghadapi tantangan zaman dan membangun masa depan yang lebih baik.
Ketua ASILHA juga mengingatkan bahwa program studi Ilmu Hadis adalah disiplin yang relatif muda di Indonesia, baru berdiri secara resmi sejak sekitar tahun 2013 setelah dipisah dari Tafsir Hadis. Karena itu, dibutuhkan perhatian, pembinaan, dan dukungan khusus agar program studi ini dapat berkembang secara kokoh dan mandiri. Pada akhirnya, beliau mengusulkan sebuah visi besar yang ambisius yaitu menjadikan Indonesia sebagai kiblat kajian hadis dunia dengan menciptakan corak khas kajian hadis nusantara. Dengan kekayaan intelektual, keberagaman budaya, dan pendekatan yang moderat, Indonesia dinilai berpotensi menjadi rujukan utama studi hadis di tingkat global. Workshop dan rapat kerja ini menjadi momentum penting bagi para akademisi dan praktisi Ilmu Hadis untuk memperkuat jaringan, bertukar gagasan, dan merumuskan langkah ke depan dalam menghadapi transformasi digital di bidang studi hadis.