Nilai-nilai Perjuangan Tokoh Muhammadiyah Oleh Drs. Muchlas Abror
Yogyakarta, FAI TERKINI – Ustadz Drs. Muchlas Abror menjadi narasumber dalam acara Baitul Arqam mahasiswa FAI 2020 untuk mengisi kegiatan Materi 5 yaitu mengenai Nilai-nilai Perjuangan Tokoh Muhammadiyah. Materi kelima dilaksanakan pada hari Selasa, 9 Februari 2021 dimulai dari jam 10.00 s.d. 10.45. Dipandu oleh Yusuf Hanafiah, M.Pd.I yang merupakan dosen FAI, acara tersebut digelar secara daring Live Streaming melalui kanal youtube Official FAI UAD.
Dalam penyampaiannya, Ust. Muchlas Abror memaparkan mengenai nilai-nilai Perjuangan Tokoh Muhammadiyah, yang dimulai dari sejarah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912 hingga kini tersebar di seluruh Indonesia, bahkan di luar negeri. Mahasiswa UAD sebagai kader Muhammadiyah, tentu harus mengenal Muhammadiyah sebagai gerakan islam amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.
Misi muhammadiyah yang pertama adala menegakkan Tauhid yang murni sesuai yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang kedua yaitu menyerbarkan ajaran islam, yang ketiga meweujudkan amalan-amalan islam dalam kehidupan, dan yang keempat yaitu pemahaman agama dengan menggunakan rasio. Muhammadiyah merupakan organisasi, selain memiliki anggota tentunya juga memaliki pimpinan juga kader militan. Muhammadiyah membutuhkan kader, karena manusia termasuk warga muhammadiyah hidup hanya sementara di dunia. Para peserta BA sangat antusias dalam mengikuti materi yang disampaikan oleh Ust. Muchlas, berbagai pertanyaan dan diskusi yang menarik berlangsung hingga waktu habis. Diharapkan setelah mendapat materi ini, mahasiswa FAI, khususnya para peserta BA 2020 ini bisa memahami bagaimana nilai-nilai Perjuangan Tokoh Muhammadiyah.

Dalam penyampaiannya, Ust. Atang memaparkan mengenai tata cara ibadah yang dituntunkan oleh HPT MUhammdiyah, namun beliau juga menyampaikan bahwa tuntunan ibadah yang diputuskan oleh Tarjih bukanlah satu-satunya cara yang benar, jika kita tau ada cara ibadah lain dengan nas yang jelas dari Rasulullah, maka itu juga bisa digunakan. Dimulai dari materi Thaharah yaitu bersih atau suci dari kotoran, secara istilah yaitu upaya untuk menghilangkan najis atau hadas dengan menggunakan alat bersuci menurut cara tertentu. Alat bersuci yaitu air, debu, batu atau benda padat lainnya. Bedanya najis dan hadas, najis yaitu apa saja yang dipandang kotor menurut agama sedangkan hadas adalah keadaan tidak suci yang mengenai pada muslim sehingga menyebabkan orang tersebut tidak dapat solat. Hadas sendiri terdiri dari hadas kecil dan hadas besar.
Kamal menempatkan tauhid sebagai pandangan dunia seorang muslim. Sebagai pandangan hidup, Allah Swt merupakan realitas tertinggi menjadi acuan setiap aktivitas kaum Muslim. Karenanya seorang muslim semestinya menempatkan tauhid sebagai dasar bagi penafsiran atas semua fenomena alam semesta dan menjadi asas paling dasar dalam aktivitas berpikir. “Kalau kita bertanya, siapa manusia? Maka kita berbicara apa kata Allah tentang manusia. Ketika manusia berbicara tentang nilai-nilai dalam pandangan hidup, maka kita akan berbicara nilai-nilai ilahiyah. Ketika manusia berbicara tentang dunia, maka bagaimana kata Allah tentang dunia. Kita harus kembali kepada Allah, jangan didefinisikan sendiri,” tutur dosen UMY ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Ust. Anhar Anshari, Ph.D dalam materi ke-1 pada acara Baitul Arqam 2021 FAI UAD yang dilaksanakan pada hari Senin-Rabu, 8-9 Februari 2021 secara daring. Kegiatan tersebut diikuti oleh 800-an mahasiswa angkatan 2020 dari lima prodi di FAI. Melibatkan lebih dari 50 orang panitia yang terdiri dari panitia inti, teknis, instruktur, pendamping, dan juga Co-Host.




