Abdul Somad: Saya Kagum Pada KH. Ahmad Dahlan
Yogyakarta, FAI TERKINI – Menyikapi polemik kontroversial terkait rencana beberapa perguruan tinggi untuk menghadirkan Ustadz Abdul Somad (UAS) sebagai narasumber di lingkungan sivitas akademika, Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan (FAI UAD) justru secara terang-terangan menunjukkan aksi dukungan dan mempersiapkan sambutan hangat atas kehadiran UAS di Yogyakarta. Membersamai undangan narasumber dari segenap pimpinan universitas yang bekerjasama dengan pengurus Masjid Islamic Center dan juga pengurus Pesantren Ahmad Dahlan (PERSADA), Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan menyampaikan secara langsung penghormatan yang sepantasnya terhadap sosok berkarisma nan sederhana tersebut dalam acara Tabligh Akbar yang diselenggarakan di Masjid Islamic Center pada hari Ahad (13/10/2019) kemarin.
Dekan Fakultas Agama Islam, Dr. Nur Kholis, M.Ag. sempat menyampaikan di dalam sambutannya, bahwa terselenggaranya acara tabligh akbar dengan menghadirkan seorang tokoh agama terkemuka, yakni Ustadz Abdul Somad, adalah murni karena lingkungan Universitas Ahmad Dahlan merupakan wadah bagi berkumpulnya para pencari ilmu. Sehingga kehadiran UAS sebagai penceramah di lingkungan UAD tentunya menjadi salah satu inspirasi bagi pengembangan keilmuan tanpa harus dikaitkan dengan aktivitas UAS di tempat lain. Ucapan tersebut dibuktikan dengan kehadiran sejumlah massa yang membludak di lokasi terselenggaranya acara, bahkan hingga ke luar area masjid sejak pukul 03:00 dini hari.
Berhadapan dengan ratusan mahasiswa dan jamaah dari berbagai macam lingkungan masyarakat tentu menjadi kondisi yang lumrah bagi keseharian UAS. Sosoknya yang sederhana dan ramah ketika menyampaikan ceramah selalu mampu membuat ratusan pasang mata terkesima dan mengangguk-angguk setuju dengan materi yang disampaikan. Tabligh akbar kali ini sengaja mengambil tema yang cukup berbeda jika dibandingkan dengan tema yang biasa disampaikan oleh UAS di lingkungan akademik. Birrul Walidaiin, sebuah tema yang mengangkat betapa pentingnya setiap manusia untuk mencintai dan berbakti kepada orangtuanya. Dalam ceramahnya, UAS juga menceritakan tentang pengalamannya ketika berkuliah di Mesir dan bagaimana hubungannya dengan orangtua, sementara jarak terbentang ribuan kilometer jauhnya. Berikut dikisahkan pula mengenai sejarah tauladan dari para nabi dalam kaitannya dengan sikap berbakti terhadap orangtua. Uraian kisah demi kisah membuat ratusan pasang mata yang hadir terkesiap dan menginsafi kembali jalinan interaksi yang dimiliki dengan orangtua masing-masing.
Bukan UAS namanya, jika ceramahnya tidak menggelitik hati setiap pendengarnya. Jamaah yang hadir kembali dibuat haru saat UAS membahas tentang kekagumannya terhadap sosok legendaris K.H. Ahmad Dahlan, selaku founding father bagi berdirinya ribuan amal usaha Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya Kampus Universitas Ahmad Dahlan dengan Fakultas Agama Islam di dalamnya. UAS menyatakan secara terang-terangan mengenai kekaguman dan ungkapan respeknya terhadap sosok pembaharu yang namanya tak lekang oleh waktu dalam berbagai kajian sejarah di Indonesia.
“Saya bangga ceramah di UAD, karena saya pengagum K.H. Ahmad Dahlan. Salah satu kekaguman saya terhadap beliau adalah, karena beliau tidak membangun ketokohan terhadap dirinya. Melainkan membangun rel-rel tempat berjalannya kereta. Sehingga jika kelak, lokomotif yang berjalan di atas rel tersebut mulai lapuk, maka akan muncul lokomotif-lokomotif baru lainnya yang akan berjalan melintasi rel-rel tersebut,” ujarnya dengan mata yang berbinar-binar.
Riuh tepuk tangan dari segenap jamaah bergemuruh mengiyakan kalimat tersebut. Desiran kebanggaan dan rasa terharu terasa memenuhi dada setiap jamaah yang hadir. Semangat perjuangan di jalan dakwah kembali dibangkitkan melalui sosok UAS dengan segala kesahajaannya. Meskipun sosoknya sebagai tokoh agama telah dikenal di seluruh penjuru Indonesia, namun tanpa segan mengakui kekagumannya terhadap tokoh agama yang dirasa memiliki sumbangsih begitu besar untuk dakwah Islam di nusantara.
“…yang dapat membuat kalian kuat menjalani kehidupan bukanlah materi, melainkan semangat. Maka hadirkanlah semangat di dalam dada kalian,” tegasnya kepada sejumlah mahasiswa yang hadir.
“Jika kalian telah memiliki semangat, kemudian memiliki ridho orangtua di setiap perjuangan kalian, maka sudah lengkaplah jalan kalian menuju kesuksesan,” lanjutnya diikuti anggukan ratusan jamaah yang menyimak. Melalui pengalaman hidupnya, UAS memberikan semangat agar mahasiswa senantiasa menjadi sosok-sosok yang berdikari dan menghargai jerih payah orangtua.
“Oleh sebab itu, jika orangtua kalian masih hidup, pulanglah. Tapi, jangan jadikan kata-kata saya ini sebagai alasan agar besok kalian semua pulang, dan tidak masuk kelas,” kelakarnya di sela-sela ceramah yang disambut tawa ratusan mahasiswa UAD.
“Berbaktilah kepada orangtua, dan bahagiakan mereka!” tegas UAS sembari menutup ceramahnya pagi itu. Mentari yang kian menyengat tidak meruntuhkan semangat para jamaah yang hadir untuk melepas kepergian UAS dari atas mimbar dan mengabadikannya melalu bidikan-bidikan kamera. Dengan dibersamai oleh Dekan Fakultas Agama Islam UAD sekaligus Imam Besar Masjid Islamic Center; Dr. Nur Kholis M.Ag., direktur PERSADA UAD Thontowi; S.Ag., M.Hum., dan sejumlah pejabat fakultas maupun universitas lainnya di lingkungan Universitas Ahmad Dahlan, UAS pun meninggalkan mimbar tabligh akbar.
Sungguh beruntung orang yang mati tapi kebaikannya tidak turut mati. Kalimat tersebut sangat tepat untuk menggambarkan keberadaan para para ulama dan tokoh agama di Indonesia yang masih berupaya mengobarkan dakwahnya tanpa terpengaruh oleh makian dan juga kepentingan politik manapun. Semoga kita mampu meneladani para pejuang dakwah yang mencintai Islam dengan seluruh hati dan persendiannya, aamiin. //(niksalsa)