HARI BERMUHAMMADIYAH FAI: ETOS KERJA DAN PROFESIONALISME DALAM PERSPEKTIF ISLAM
FAI NEWS. Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan melaksanakan pengajian rutin bulanan periode Oktober pada Jum’at, 06 Oktober 2023 di Aula Islamic center UAD. Dr. Ruslan Fariadi sebagai narasumber menyampaikan materi tentang “Etos kerja dan profesionalisme dalam perspektif Islam”.
Ruslan menyampaikan bahwa berkaitan dengan etos kerja memiliki landasan fundamental secara normatif dalam Islam. Menurutnya etos kerja ada kaitan erat dengan konsep ibadah. Hubungan keduanya semakin jelas manakala Islam memahami bahwa setiap aktivitas manusia sesungguhnya memiliki nilai ibadah, sehingga berbicara tentang etos kerja dan profesionalisme perlu diawali dengan memahami konsep ibadah itu sendiri.
Simplifikasi Konsep Ibadah
Makna ibadah sesungguhnya tidak terbentur dan terbatas pada aktivitas ritual ibadah mahdhoh semata, akan tetapi cakupannya bisa lebih luas daripada itu namun memiliki makna yang bisa disederhanakan. Makna ibadah bisa dimaknai dengan “segala perbuatan positif yang diniatkan karena motivasi mencari ridho Allah maka itulah disebut dengan ibadah”. Definisi dan makna ibadah demikian sebetulnya memberikan legitimasi bagi seorang muslim apa pun yang dilakukannya tidak sia-sia. Karena setiap perbuatannya memiliki motivasi ilahiah yang tidak akan menjadi sia-sia. Orientasi makna ini memungkinkan seseorang bisa memaknai setiap gerak dan aktifitasnya mengandung unsur keberkahan, karena jika orientasinya ditujukan karena lillah tentu tidak ada yang sia-sia.
Profesionalisme berangkat dari 9 Asas
Asas dalam bekerja secara profesionalisme dalam Islam perlu mengandung 9 asas yaitu; tauhid, amanah, kejujuran, keadilan, kebolehan, tolong menolong, kemaslahatan, kerelaan, dan kesopanan. Kesembilan asas memiliki dimensi orientasi vertikal dan horizontal. Landasan vertikal dengan maksud tidak pernah meninggalkan syarat dan indikator nilai-nilai ketuhanan (tauhidullah), serta landasan horizontal memiliki faktor penentu kebaikan bagi pribadi dan sosial. Setidaknya sembilan asas ini menurut Ruslan dapat dielaborasi dan diaplikasikan dalam semua ujung ke ujung tindakan manusia. Jika menyadari esensi sembilan asas tersebut, bukan tidak mungkin kita sebagai pribadi apa pun profesi dan posisi kita, akan muncul dengan sendirinya karakter profesionalisme. Karena karakter itu tidak muncul dengan tiba-tiba ia bagian dari rangkaian proses pendidikan dan pengalaman yang dilakukan secara terus menerus dan menjadi habituasi. Kesembilan asas ini tidak boleh hilang satu dan mengabaikan yang lainnya, prinsip profesionalisme bukan hanya sebagai bentuk totalitas, namun berusaha sebaik mungkin melakukan kebaikan di berbagai kondisi, situasi dan di manapun. (Ar)