HMPS PAI UAD Gelar Kajian Diskusi Pendidikan Perdana: Mengangkat Peran Guru sebagai Pahlawan di Balik Meja
Divisi Pengembangan Keilmuan Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta telah menyelenggarakan kegiatan Kajian Diskusi Pendidikan (Kadisdik) pertama yang merupakan bagian dari program Study Club divisi Pengembangan Keilmuan HMPS PAI UAD, rencananya kadisdik diselenggarakan sebanyak dua kali dalam periode saat ini. Kadisdik merupakan program berkumpulnya mahasiswa yang didalamnya membahas tentang isu-isu pendidikan dimana nantinya ada pematik yang menyampaikan materi-materi kemudian dilanjut dengan sesi diskusi dan argumentasi dengan harapan mahasiswa lebih percaya diri ketika berbicara di depan umum.
Kadisdik kali ini telah dilaksanakan di Kampus 6 UAD pada hari Kamis, 24 Oktober 2024 pada pukul 16.00 sampai dengan 17.40 WIB dan terbuka untuk umum. Kadisdik pertama ini diikuti oleh lebih dari 20 peserta. Program ini memiliki tujuan untuk menambah wawasan peserta terkhusus mahasiswa PAI mengenai isu-isu yang ada di dunia pendidikan saat ini, serta mengasah daya berpikir kritis peserta kadisdik. Kajian Diskusi Pendidikan #1 dengan judul “Pahlawan di balik meja” ini dipandu oleh moderator diskusi yaitu Afiqoh Syazana Alwani selaku mahasiswa Progam Studi Pendidikan Agama Islam, dengan pemateri yakni Bapak Dr. Yusron Masduki, S.Ag., M.Pd.I.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan diartikan sebagai seseorang yang dikenal karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, baik melalui perjuangan fisik maupun intelektual. Dalam konteks pendidikan, guru sering kali dianggap sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” karena kontribusi besarnya dalam mencerdaskan bangsa tanpa mengharapkan imbalan setara. Para guru, yang dengan penuh dedikasi dan ketulusan berjuang di bidang pendidikan, sering kali juga menjalankan pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan hidup, seperti menjadi pengemudi ojek atau membuka usaha kecil-kecilan. Julukan ini muncul di era 1970-an hingga 1980-an, ketika penghargaan terhadap guru masih minim meskipun tugas mereka sangat mulia.
Tugas utama guru mencakup mendidik, membimbing, mengajar, serta mengarahkan dan mengevaluasi siswa untuk meningkatkan kualitas ilmu dan amal shaleh. Pembahasan ini diperdalam dengan kutipan dari Anas Basaruddin dalam buku Secangkir Kopi untuk Sang Guru (2023), yang menyebutkan bahwa guru diangkat derajatnya oleh Allah berkat iman dan ilmu, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Mujadalah: 11. Ayat ini mengingatkan akan pentingnya menuntut ilmu dan beriman sebagai syarat untuk memperoleh kedudukan tinggi di sisi Allah SWt. Melalui diskusi yang inspiratif ini, peserta diharapkan semakin menyadari pentingnya peran guru sebagai sosok yang berjuang di balik meja demi generasi penerus bangsa.
Sebagai penutup, kegiatan Kajian Diskusi Pendidikan #1 ini diharapkan dapat membuka wawasan dan menumbuhkan apresiasi yang lebih dalam terhadap peran guru sebagai sosok yang berjuang tanpa pamrih untuk mencerdaskan bangsa. Melalui diskusi ini, peserta tidak hanya diajak untuk memahami tantangan yang dihadapi para guru, tetapi juga untuk merenungkan betapa pentingnya menghargai ilmu dan keberanian mereka dalam menghadapi keterbatasan. Semoga kegiatan Kadisdik berikutnya dapat terus memberikan inspirasi dan memupuk semangat belajar serta rasa hormat terhadap pahlawan tanpa tanda jasa di dunia pendidikan.