Peresmian Gedung Baru Kampus 6 PAI Wates
Yogyakarta, FAI TERKINI – Universitas Ahmad Dahlan (UAD) terus berkembang sebagai institusi pendidikan tinggi kebanggan persyarikatan Muhammadiyah. Spirit pendiri Muhammadiyah menjadi ikhtiar Universitas Ahmad Dahlan mencerdaskan kehidupan bangsa untuk hadir lebih dekat dengan masyarakat. Kini UAD bukan hanya akronim Universitas Ahmad Dahlan, melainkan bisa juga sebagai Universitas Ada Dimana-mana. Hal tersebut ditandai dengan diresmikannya Kampus 6 Universitas Ahmad Dahlan di Triharjo, Wates, Kulon Progo pada Kamis (25/2/2021). Sebagai Universitas Ada Dimana-mana, kampus UAD tersebar di beberapa lokasi di Yogyakarta. Terang saja Kampus 1 sebagai kantor pusat terletak di Jalan Kapas Kota Yogyakarta. Begitu juga Kampus 2, Kampus 3, dan Kampus 5 ada dalam teritorial Kota Yogyakarta.
Sementara itu Kampus Terpadu, sebagai Kampus 4 terletak di daerah Ring Road Selatan, Bantul. Kampus Terpadu merupakan salah satu kampus yang sangat megah di antara kampus lain di Kota Pelajar. Terdapat Masjid Islamic Center hingga Museum Muhammadiyah yang sedang dalam tahap penyelesaian. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meresmikan kampus 6 secara daring dengan menandatangani prasasti kampus tersebut. Prof Haedar Nashir memiliki harapan bahwa kehadiran Muhammadiyah dan amal usahanya memberi kemaslahatan bagi masyarakat Kulon Progo.
Kampus 6 UAD
stimewanya Kampus 6 di Kulon Progo terdapat Muhmmadiyah Business Center (MBC) yang bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kulon Progo. Gedung baru ini akan digunakan untuk aktivitas akademik Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI). Rektor UAD Muchlas MT berharap pendirian gedung diharapkan mampu memberikan efek positif terhadap kemajuan pendidikan. “Kami juga memiliki keinginan untuk membangun kampus di Sleman dan Gunungkidul. Kampus VI UAD diharapkan juga menjadi landmark baru khususnya Kabupaten Kulon Progo, dan Yogyakarta sebagai kota pendidikan,” ungkap Muchlas.
sumber: https://suaramuhammadiyah.id/

Selanjutnya, penyampaian akademik semester genap. Bahwa kegiatan Persada akan dimulai pada tanggal 7 Maret mendatang. Di mana Persada melalui bidang SDM dan Kurikulum telah merencanakan beberapa agenda pelatihan secara virtual untuk santri, di samping kegiatan pembinaan harian oleh setiap pendamping. Leadership Cadre Treaning dan Pelatihan Khatib serta Perawatan Jenazah menjadi rangkaian agenda awal memulai semester genap tersebut. Berdasarkan hasil laporan yang dikumpulkan melalui pendamping santri, diperoleh rekapitulasi capaian pembinaan santri selama satu semester dalam bentuk grafik, bagan, dan poster.
Mahasiswa sebagai salah satu sivitas akademika perguruan tinggi memiliki tugas yang mulia untuk bisa melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu wujud dari Catur dharma Perguruan Tinggi. Oleh karena itu untuk mewadahi pengabdian mahasiswa kepada masyarakat, Biro Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Ahmad Dahlan menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat bagi mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan dengan diadakannya program “Dahlan Muda Mengabdi”. 
Dalam penyampaiannya, Ustadz. Nur Kholis memaparkan mengenai Revitalisasi Peran Mahasiswa FAI UAD Sebagai Kader Muhammadiyah, yang dimulai dengan menyampaikan dasar pijakannya yaitu Alquran QS. Ali-Imron ayat 104 & 110. Untuk bisa berbuat amar ma’ruf nahi munkar, maka kita harus memiliki kompetensi untuk melakukan hal itu. Mahasiswa FAI tentunya adalah termasuk golongan yang memiliki kompetensi untuk menyeru kebajikan karena puncak dari keislaman seseorang adalah berdakwah. Nantinya mahasiswa FAI akan berdakwah sesuai kepakaran masing-masing.
Dr. Nur Kholis, M.Ag., dalam sambutannya menyampaikan, “Baitul Arqam baru pertama diselenggarakan di FAI UAD. Walaupun sebenarnya pengenalan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan sudah ada tiga tahun yang lalu, kini digabung dalam FAI UAD. Kegiatan ini wajib untuk syarat proposal skripsi FAI. Semoga peserta dapat mengikuti kegiatan dengan tertib. Harapannya acara ini dapat menghasilkan luaran yang lebih efektif dan menyenangkan supaya tepat sasaran serta memperoleh keterampilan sebagai calon kader. Selepas acara ini akan ada tindak lanjut dari Baitul Arqam yaitu Gerakan Jamaah Dakwah (GJD) versi PAI.” (Dew)
Dalam penyampaiannya, Ust. Muchlas Abror memaparkan mengenai nilai-nilai Perjuangan Tokoh Muhammadiyah, yang dimulai dari sejarah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912 hingga kini tersebar di seluruh Indonesia, bahkan di luar negeri. Mahasiswa UAD sebagai kader Muhammadiyah, tentu harus mengenal Muhammadiyah sebagai gerakan islam amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.
Dalam penyampaiannya, Ust. Atang memaparkan mengenai tata cara ibadah yang dituntunkan oleh HPT MUhammdiyah, namun beliau juga menyampaikan bahwa tuntunan ibadah yang diputuskan oleh Tarjih bukanlah satu-satunya cara yang benar, jika kita tau ada cara ibadah lain dengan nas yang jelas dari Rasulullah, maka itu juga bisa digunakan. Dimulai dari materi Thaharah yaitu bersih atau suci dari kotoran, secara istilah yaitu upaya untuk menghilangkan najis atau hadas dengan menggunakan alat bersuci menurut cara tertentu. Alat bersuci yaitu air, debu, batu atau benda padat lainnya. Bedanya najis dan hadas, najis yaitu apa saja yang dipandang kotor menurut agama sedangkan hadas adalah keadaan tidak suci yang mengenai pada muslim sehingga menyebabkan orang tersebut tidak dapat solat. Hadas sendiri terdiri dari hadas kecil dan hadas besar.
Kamal menempatkan tauhid sebagai pandangan dunia seorang muslim. Sebagai pandangan hidup, Allah Swt merupakan realitas tertinggi menjadi acuan setiap aktivitas kaum Muslim. Karenanya seorang muslim semestinya menempatkan tauhid sebagai dasar bagi penafsiran atas semua fenomena alam semesta dan menjadi asas paling dasar dalam aktivitas berpikir. “Kalau kita bertanya, siapa manusia? Maka kita berbicara apa kata Allah tentang manusia. Ketika manusia berbicara tentang nilai-nilai dalam pandangan hidup, maka kita akan berbicara nilai-nilai ilahiyah. Ketika manusia berbicara tentang dunia, maka bagaimana kata Allah tentang dunia. Kita harus kembali kepada Allah, jangan didefinisikan sendiri,” tutur dosen UMY ini.
